Perkembangan Ekonomi di Sector Pertanian
Pembangunan ekonomi pada sector pertanian dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan petani dan mensukseskan pemerataan pembangunan pedesaan. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa dalam struktur perekonomian Jawa Barat sektor pertanian merupakan sector dominan ke tiga terbesar setelah industri dan perdagangan.
Upaya yang sudah dijalankan pemerintah kearah itu adalah dengan menerapkan program intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi. Ulasan pada bab ini akan dikelompokkan dalam sub sektor sebagai berikut:
5.1 Pertanian Tanaman Pangan
5.2 Perkebunan
5.3 Kehutanan
5.4 Peternakan
5.5 Perikanan
5.1 Pertanian Tanaman Pangan
Tanaman pangan meliputi tanaman bahan makanan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Tanaman Bahan Makanan terdiri dari jenis padi-padian, jagung, umbi-umbian dan kacang-kacangan. Data tanaman bahan makanan dirinci menurut luas panen, hasil per hektar dan produksi. Luas lahan dengan menggunakan irigasi teknis terus meningkat dibanding tahun sebelumnya dan mencapai angka 383 261 Ha atau sekitar 41.20 persen dari luas sawah lahan total.
Sedangkan luas lahan kering bila dilihat menurut penggunaannya, yang utama adalah jenis tegal/kebun mencapai 612 151 Ha atau 23,35 persen dari jumlah lahan kering, disusul oleh Hutan Negara 577 110 Ha (22,41 persen) sedangkan yang paling kecil adalah lahan yang sementara tidak diusahakan yaitu 10 534 Ha ( persen).
Pada tahun 2004 luas panen padi mengalami kenaikan yang signifikan dibanding tahun 2003 demikian pula hasil produksinya. Untuk padi sawah luas panen dan produksinya mengalami kenaikan masing-masing sebesar 15,2 dan 11,62 persen. Sementara itu padi lading luas panennya dan produksinya mengalami penurunan masing–masing sebesar 7,73 dan 12,38 persen. Sedangkan hasil per hektar mengalami penurunan yaitu sebesar 2,15 kuintal per hektar untuk padi sawah dan 1,34 kuintal per hektar untuk padi ladang.
Pada tahun 2004 rata-rata terjadi peningkatan pada luas panen sayursayuran di Jawa Barat terutama pada bawang daun, bawang merah, kentang, kubis, petsai, wortel, bayam, tomat dan kacang merah. Kenaikan luas panen berimbas pada kenaikan jumlah produksinya. Produksi sayur-sayuran yang meningkat ini dimungkinkan oleh meningkatnya pengetahuan petani tentang teknik bercocok tanam, yaitu dengan mengembangkan pola tanam intensifikasi dan diversifikasi.
Sedangkan produksi sayur-sayuran yang mengalami penurunan adalah kacang panjang, bayam, ketimun, cabe, tomat, terong, kangkung, bawang putih, melinjo, dan petai.
5.2 P e r k e b u n a n
Sub sektor perkebunan mempunyai peranan yang cukup besar dalam pengembangan sektor pertanian. Sejalan dengan peningkatan pembangunan di sektor pertanian maka pembangunan sub sektor perkebunan juga mengalami peningkatan. Salah satu tujuan utama pembangunan di sub sektor ini adalah meningkatkan mutu dan produksi.
Propinsi Jawa Barat memiliki perkebunan yang dikelola oleh Perkebunan Besar Milik Negara dan Swasta serta Perkebunan Rakyat. Komoditi potensialnya adalah teh, kelapa, kopi, cengkeh dan karet.
Untuk Tahun 2004 areal Perkebunan Besar Milik Negara mengalami sedikit kenaikan tetapi produksinya mengalami penurunan. Sedangkan areal Perkebunan Swasta dan Perkebunan Rakyat mengalami sedikit penurunan tetapi produksinya mengalami kenaikan.
5.3 K e h u t a n a n
Stabilitas sumber daya alam terjaga dengan baik dikarenakan adanya peranan yang sangat penting dari kawasan hutan. Selain itu ditunjang pula oleh fungsi hutan sebagai hutan lindung, hutan produksi, hutan suaka dan wisata serta hutan cadangan.
Berdasarkan data dari Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, pada tahun 2004 luas kawasan hutan sebesar 638 802 Ha. Dibandingkan tahun yang lalu jumlah ini berkurang sebesar 10 305,3 Ha atau sebesar 1.59 persen. Jumlah ini terus mengalami penurunan setiap tahun tahunnya. Adapun produksi kayu tebangan sebesar 196 350 m3 dengan luas areal sebesar 9 425,04 Ha. Adapun jenis kayu tebangan yang paling banyak produksinya
adalah kayu jati sebesar 101 397 m3. Sementara itu, produksi hasil hutan bukan kayu yang paling banyak di Jawa Barat adalah getah pinus dengan jumlah produksi 5 970 531 ton, dan luas areal sebesar 12 598,42 Ha.
5.4. P e t e r n a k a n
Peranan sub sektor peternakan dalam bidang pertanian cukup besar menempati posisi kedua terbesar setelah tanaman bahan makanan. Salah satu tujuan di sub sektor ini adalah meningkatkan populasi dan produksi ternak dalam usaha memperbaiki ternak dalam usaha memperbaiki gizi masyarakat. Hal yang pokok tentu saja adalah untuk menghasilkan pendapatan peternak terutama yang berdomisili di pedesaan. Jenis ternak yang diusahakan di Jawa Barat berupa ternak besar, kecil dan unggas.
Pada tahun 2004 jumlah ternak sapi sebesar 331 907 ekor, kerbau 149 960 ekor, kuda 14 242 ekor, kambing 1 144 102 ekor, domba 3 529 456 ekor dan babi 8 092 ekor. Sementara itu, jumlah ternak yang dipotong adalah ternak sapi 282 353 ekor, kerbau 11 994 ekor, kambing 101 157 ekor, domba 542 693 ekor dan babi 25 581 ekor.
Unggas yang dipelihara adalah jenis ayam buras, ras petelur, ras potong dan itik. Dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah unggas dan hasil produksi unggas di Jawa Barat mengalami sedikit penurunan dibanding tahun sebelumnya.
Produksi kulit ternak pada tahun 2004 engalami penurunan seperti kerbau, kambing dan domba. Produksi kulit sapi dan produksi susu mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya.
5.5. P e r i k an a n
Di Jawa barat prospek perikanan tiap tahunnya hampir memperlihatkan angka yang cukup menjanjikan. Pada tahun 2004, total produksi ikan hasil penangkapan dan budidaya sebesar 441 584,22 ton, dengan nilai produksi sebesar 1 232 848 836 juta rupiah. Luas areal tambak ikan adalah 51 765,64 Ha, luas kolam ikan adalah 19 444,32 Ha, luas keramba adalah 134 567 Ha dan luas area sawah yang dijadikan tempat pemeliharaan ikan adalah 21 950,85 Ha.
Pada tahun 2004, jumlah perahu/kapal penangkapan ikan sebanyak 17 901 buah, dimana 93,65 persen adalah jenis motor tempel. Sedangkan rumah tangga perikanan di Jawa Barat sebesar 427 371 rumah tangga. Rumah tangga terbanyak mengusahakan budidaya kolam sebesar 63,96 persen. Rumah tangga yang melakukan penangkapan ikan di laut sebesar 7,02 persen, dan melakukan penangkapan di perairan umum sebesar 11,43 persen.
Sumber: http://www.bapeda-jabar.go.id/docs/jabarangka/20080402_110048.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar