3.1. Defenisi Peramalan (Forecasting)
Peramalan atau forecast adalah merupakan suatu fungsi
bisnis yang berusaha memperkirakan penjualan dan pengunaan produk sehingga
produk-produk itu dapat dibuat dalam kuantitas yang tetap (Gaspersz, 2001). Tujuan
dari peramalan adalah untuk menentukan jumlah permintaan produk pada masa yang
akan datang. Adapun kegunaan dari peramalan adalah (Hendra Kusuma, 2001):
1.
Menentukan besarnya ekspansi pabrik
2. Menentukan rencana jangka menengah produk yang ada dan
dibuat dengan fasilitas yang ada.
3. Untuk menentukan rencana jangka pendek.
3.1.1 Macam-macam
Peramalan
Ada berapa macam tipe peramalan yang digunakan. Adapun tipe-tipe dalam
peramalan adalah sebagai berikut (Jay Heizer,2005):
1.
Times
Series Model
Metode time series adalah metode peramalan
secara kuantitatif dengan menggunakan waktu sebagai dasar peramalan.
2. Causal Model
Metode peramalan yang
menggunakan hubungan sebab-akibat sebagai asumsi, yaitu bahwa apa yang terjadi
di masa lalu akan terulang pada saat ini.
3.
Judgemental
Model
Bila time series dan causal model bertumpu pada kuantitatif, pada judgemental mencakup untuk memasukkan faktor-faktor kuantitatif /
subjektif ke dalam metode peramalan. Secara khusus berguna bilamana
faktor-faktor subjektif yang diharapkan menjadi sangat penting bilamana data
kuantitatif yang akurat sudah diperoleh.
3.1.2 Klasifikasi
Peramalan
Klasifikasi peramalan merupakan identitas dari peramalan itu sendiri. Peramalan
memiliki dua klasifikasi peramalan diantaranya sebagai berikut (Jay
Heizer,2005):
1. Peramalan berdasarkan teknik penyelesaiannya, yang
terdiri dari:
a.
Teknik peramalan secara kualitatif
Peramalan yang
melibatkan pendapat pribadi, pendapat ahli, metode Delphi
penelitian pasar dan lain-lain. Bertujuan untuk menggabungkan seluruh informasi
yang diperoleh secara logika, unbased
& sistematis yang dihubungkan dengan faktor interest pengambil keputusan. Beberapa teknik kualitatif yang
sering dipergunakan adalah:
a)
Delphi Method
b)
Market
Research
c)
Panel
Consensus
d)
Visionary
Forecast
e)
Historical Analogue
f)
Management
Estimate
g)
Structured
Group Methods
b. Teknik
peramalan secara kuantitatif
Digunakan pada saat data masa lalu cukup tersedia. Beberapa teknik kuantitatif
yang sering dipergunakan:
a)
Time
Series Model
b)
Causal
Model
2. Peramalan berdasarkan pengelompokkan horizon
waktu:
a. Peramalan jangka panjang, yaitu peramalan yang jangka
waktu peramalan lebih dari 24 bulan, misalnya peramalan yang diperlukan dalam
kaitannya dengan anggaran produksi.
b. Peramalan jangka menengah, yaitu peramalan yang jangka
waktu peramalan antara 3-24 bulan, misalnya peramalan untuk perencanaan
penjualan, perencanaan dan anggaran produksi.
c. Peramalan jangka pendek, yaitu peramalan yang jangka
waktu peramalan kurang dari 3 bulan, misalnya peramalan dalam hubungannya
dengan perencanaan pembelian material, penjadwalan kerja dan penugasan.
Komponen utama yang mempengaruhi penjualan masa lampau:
a.
Kecenderungan/Trend (T)
b.
Siklus/Cycle (C)
c.
Musim/Season (S)
d. Kejadian Luar Biasa/Erratic Events (E)
3.2. Metode Peramalan yang Digunakan
Perhitungan peramalan dapat dicari dengan beberapa
metode yaitu: Metode Weigthed Moving
Average (WMA), Metode Single Exponential Smoothing (SES), dan metode
regresi linier. Berikut ini adalah penjabaran dari
masing-masing metode.
3.2.1
Metode
Weigthed Moving Average (WMA)
Metode Weigthed Moving Average atau rata-rata
bergerak terbobot ini lebih responsive terhadap perubahan (Gaspersz, 2004). Rumus
perhitungan dengan metode WMA:
Untuk mengetahui sejauh
mana keandalan dari model peramalan
Weigthed Moving Average, kita dapat mengetahui dengan cara membuat tracking signal membangun peta kontrol.
Model Weigthed Moving Average ini
biasanya akan menjadi efektif apabila pola data bersifat relatif stabil dari
waktu ke waktu dan tidak menunjukkan kecenderungan (trend).
3.2.1
Metode
Single Exponential Smoothing (SES)
Model peramalan ini bekerja hampir serupa dengan
alat thermostat, dimana apabila galat
ramalan (forecast error) adalah
positif, yang berarti nilai aktual permintaan lebih tinggi dari pada nilai
ramalan (A–F>0), maka model pemulusan eksponensial akan secara otomatis
meningkatkan ramalan. Sebaliknya apabila galat ramalan (forecast error) adalah negatif, yang berarti nilai aktual
permintaan lebih rendah dari pada nilai ramalan (A–F>0), maka model
pemulusan eksponensial akan secara otomatis menurunkan ramalan. Proses
penyesuaian ini berlangsung terus-menerus, kecuali galat ramalan telah mencapai
nol. Kenyataan inilah yang mendorong peramal (forecaster) lebih suka menggunakan model peramalan pemulusan
eksponensial, apabila pola historis dari data aktual permintaan bergejolak atau
tidak stabil dari waktu ke waktu. Rumus perhitungan dengan metode Single Exponential Smoothing (Gaspersz,
2004):
Dimana:
Ft =
nilai ramalan untuk periode waktu ke-t
Ft-1 =
nilai ramalan untuk satu periode waktu yang lalu, t-1
At-1 =
nilai aktual untuk satu periode waktu yang lalu, t-1
a =
konstanta pemulusan (smoothing
constant)
Permasalahan
umum yang dihadapi apabila menggunakan model pemulusan eksponensial adalah
memilih konstanta pemulusan a,
yang diperkirakan tepat. Nilai konstanta pemulusan a dapat dipilih di antara nilai 0 dan 1,
karena berlaku: 0 < a
< 1. Bagaimanapun juga untuk penetapan nilai a
yang diperkirakan tepat, kita dapat menggunakan panduan berikut:
1.
Apabila pola historis dari data aktual
permintaan sangat berbeda atau tidak stabil dari waktu ke waktu, kita memilih
nilai a yang mendekati
satu. Biasanya dipilih nilai a
= 0,9; namun pembaca dapat mencoba nilai-nilai a
yang lain mendekati satu, katakanlah: a
= 0,8; 0,95; 0,99, dan lain-lain, tergantung pada sejauh mana gejolak dari data
itu. Semakin bergejolak, nilai a
yang dipilih harus semakin tinggi menuju ke nilai satu.
2.
Apabila pola historis dari data aktual
permintaan tidak berfluktuasi atau relatif stabil dari waktu ke waktu, kita
memilih nilai a yang mendekati
nol. Biasanya dipilih nilai a
= 0,1; namun pembaca dapat mencoba nilai-nilai a
yang lain yang mendekati nol, katakanlah: a
= 0,2; 0,15; 0,05; 0,01, dan lain-lain, tergantung pada sejauh mana kestabilan
dari data itu. Semakin stabil, nilai a
yang dipilih harus semakin kecil menuju ke nilai nol. Untuk mengetahui sejauh
mana keandalan dari model peramalan berdasarkan
pemulusan eksponensial harus menggunakan peta kontrol tracking signal dan membandingkan apakah nilai-nilai ramalan itu
telah menggambarkan atau sesuai dengan pola historis dari data aktual
permintaan.
3.2.1
Metode Regresi Linier
Regresi linier adalah suatu metode populer untuk berbagai macam
permasalahan. Untuk peramalan time
series, formula regresi linier cocok digunakan bila pola data adalah trend. Rumus perhitungan regresi linier
adalah sebagai berikut:
3.3. Teori Ukuran Akurasi Peramalan
Ukuran akurasi secara
umum yang dipergunakan untuk peramalan. Berikut ini adalah macam-macam ukuran
peramalan berserta penjabarannya(Gaspersz, 2004).
3.3.1 Mean Absolute Deviation
Rata-rata penyimpangan
absolut merupakan penjumlahan kesalahan prakiraan tanpa menghiraukan tanda
aljabarnya dibagi dengan banyaknya data yang diamati, yang dirumuskan sebagai
berikut:
Rata-rata
kesalahan kuadrat (MSE, mean square
error) memperkuat pengaruh angka-angka kesalahan besar, tetapi memperkecil
angka kesalahan prakiraan yang lebih kecil dari satu unit.
3.3.2
Mean Absolute Percentage Error
Rata-rata persentase
kesalahan kuadrat merupakan pengukuran ketelitian dengan cara-cara persentase
kesalahan absolute, (MAPE) menunjukkan rata-rata kesalahan absolut prakiraan
dalam bentuk persentasenya terhadap data aktualnya.
3.3.2
Tracking Signal
Pada setiap peramalan, tracking signal terkadang digunakan
untuk melihat apakah nilai-nilai yang dihasilkan berada didalam atau diluar
batas-batas pengendalian dimana nilai-nilai
tracking signal itu bergerak antara -4 sampai +4. Tracking signal yang memiliki nilai MAD terkecil maka aakan dibuat
peta moving range berdasarkan MAD
tersebut.
3.3.3
Moving Range
Pada peta Moving Range jika ditemukan satu titik yang berada
diluar batas kendali pada saat peramalan diverifikasi maka harus ditentukan
apakah data harus diabaikan atau mencari peramalan baru. Jika ditemukan sebuah
titik berada diluar batas kendali maka harus diselidiki penyebabnya. Penemuan
itu mungkin saja membutuhkan penyelidikan yang ekstensif. Jika semua titik
berada di dalam batas kendali, diasumsikan bahwa peramalan permintaan yang
dihasilkan telah cukup baik. Jika terdapat titik yang berada di luar batas
kendali, jelas bahwa peramalan yang didapat kuran baik dan harus direvisi.
Kegunaan peta Moving Range yang pertama ialah untuk melakukan
verifikasi hasil peramalan Least Square terdahulu. Dalam kasus-kasus tersebut,
jika peta Moving Range menunjukkan
keadaan diluar kriteria kendali, maka hal itu berarti ada data yang tidak
berasal dari sistem sebab-akibat yang sama dan harus dibuang. Fungsi peramalan
pun harus diulangi lagi.